Kaum muda berjiwa intelektual
Berteriak di persimpangan kiri jalan
Dengan lantunan narasi idealis dan kritis
Berdiri koko dengan pegangan para tokoh
Mulai dari Marsinah hingga Tan Malaka
Toko ibu juga tak terlupakan.
Jiwa-jiwa pembantai mulai berantai
Dengan slogan salam perjuangan
Di bawa terik matahari, banyak yang berlari mencari air
Untuk menyampaikan aspirasi ketidak adilan parah penguasa
Corong yang di genggam banyak harapan yang terpendam
Banyak luka bahkan derita yang di tindas
Entah kesengajaan atau kesurupan setan
Yang lama menetap dalam jiwa penguasa.
Suara lantang mulai terdengar, barisan bersenjata mulai bergerak
Dasar penjilat? Ingat? kami hanya menyapa
mereka-mereka yang lupa diri, bukan membuat kekacauan
Bakar ban adalah taradis demonstrasi
Dan gas air mata-mu itu bengis bagi kami generasi.
Menjadi pelindung negara bukan berarti mengeluarkan darah
Hingga menghilangkan nyawa. Kami berteriak dan bertingka
seperti kehilangan induk. Sebab hak asasi manusia-pun
Telah di perkosa dan di diskriminasi oleh penguasa
Syair-syairku pun ingin ikut berdarah
Meneriakan ketidak adilan penguasa
Sabda-sabda telah basah dengan tetesan air mata puan Halmahera.
Oh tuan-puan penguasa berhentilah menjajah
Hak kami telah di penjara dalam aturan-mu
Yang tak searah dengan kami rakayat jelata.
Karya: Windi Tomagola
Galela26-November/20