Cinta, Perang, Kesunyian

Oleh: Andi Gibran

Marcedes Barcha, dia menjual pengering rambutnya untuk mengirimkan manuskrip One Hundred Years of Solitude lalu menonton Gabriel Garcia Marquez memenangkan Hadia Nobel Sastra.

Gabriel Garcia Marquez berusia 13 tahun Ketika dia melihat Marcedes Barca di sebuah tarian di sekolah Kolombia. Dia cantik, percaya diri, tapi tak tersentuh. Dia berpaling ke teman-temannya dan membuat pernyataan yang terdengar seperti fantasi remaja. ”Aku akan menikahi gadis itu” katanya denga nada suara yang penuh semangat.

Dia adalah seorang putri apotek, nyaman, halus. Jadi dia melakukan apa yang di lakukan pemimpi ketika kenyataan tidak akan pernah kerja sama: dia pergi untuk melakukan sesuatu dari dirinya sendiri.

Delapan belas tahun telah berlalu. Garcia Marquez pindah dari kota ke kota, mengejar pekerjaan jurnalisme dan impian literatur, selalu bangkrut, tapi selalu menulis, dan tak lupa selalu memikirkan gadis yang dia janjikan untuk di nikahinya.

Pada tahun 1953 akhirnya dia bekerja sebagai seorang jurnalis serius, lalu dia kembali untuk Marcedes Barcha. Kali ini dia bilang ya. Lalu mereka menikah, memiliki dua putra, dan membangun kehidupan yang kaya dalam segala hal kecuali uang.

Garcia Marquez menulis novel yang kemudian di terbitkan. Mendapat pujian kritis tetapi hampir tidak ada pendapatan sama sekali. Marcedes meregangkan setiap uang, mengelola rumah tangga, percaya pada bakat suaminya ketika rekening bank menyarankan dia tidak seharunsya melakukannya.

Kemudian pada tahun 1965 saat berkendara ke Acapulco, sesuatu yang luar biasa terjadi. Seluruh plot novel muncul didalam benaknya, lengkap, dan sepenuhnya terbentuk, seolah-olah diunduh dari suatu tempat di luar dirinya. Tujuh generasi dari keluarga Buendia. Sebuah kota bernama Macondo. Keajaiban ditenun menjadi kenyataan. Cinta, perang, dan kesunyian selama satu abad.

BACA JUGA:  Anonimitas Jane Austen

Dia memutar mobil dan langsung berkendara pulang .”Aku perlu menulis buku ini” katanya kepada Marcedes. “Bakal butuh waktu lama, dan kita akan kehabisan uang” Marcedes manatapnya dengan mantap. ”Tulislah” jawab Marcedes dengan mata yang berbening.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *